Dalam
berbagai diskusi tentang masalah madrasah digital, banyak orang memahami dan
berbicara bahwa makhluk yang namanya digital itu sama dengan alat tekhnologi
informasi. Lain lagi bagi orang yang aktivitasnya di bidang bisnis, mereka
memahami bahwa digital adalah cara baru memperlakukan custumer, yang lebih efektif
dalam melayani di dalam perurasahannya. Dan juga dapat
dinilai bahwa sistem digital dapat
mempresentasikan seluruh cara baru dalam menjalankan bisnis perusahaan.
Perbincangan masalah digital sangat banyak menyentuh
aktivitas manusia masa kini. Dan sangat banyak pekerjaan yang membutuhkan dan menuntut keberadaan
sistem digitalisasi. Bahkan
hampir semua aspek kehidupan tidak dapat terlepas dan terhindar dari proses
digitalisasi. Upaya transformasi digital menjadi proses yang sulit terhindarkan
dalam pertumbuhan masyarakat kekinian yang majemuk ini.
Walaupun sebenarnya makna dari transformasi digital belum benar-benar terjawab
dan dipahami secara memuaskan.
Untuk memahami apa itu digital,
terdapat beragam definisi yang muncul kepermukaan, namun diantaranya ada yang
menarik dari apa yang dikemukakan oleh Karel
Dörner dan David Edelman (pimpinan senior di Digital McKindsay Jerman), bahwa ada tiga cakupan penting dari kata digital. Pertama,
menciptakan nilai pada batas baru dunia bisnis. Kedua, bahwa di dalam
proses eksekusi sebuah visi dari pengalaman customer, kita harus menciptakan
nilai dan ketiga, bahwa untuk mendukung terciptanya seluruh struktur
perlu membangun kapasitas dasarnya terlebih dahulu.
Dalam
pemetaan tersebut terdapat kata kunci yang penting diangkat kepermukaan, yaitu:
Pertama, adalah menciptakan nilai. Dengan terwujudnya sistem nilai tersebut, tentu dapat dimaknai beragam, seperti pengalaman baru,
kemudahan, kepuasan dan terutama kebermanfaatan dalam beraktivitas dalam segala kebutuhan. Kedua, membangun kapasitas-kapasitas dasar (foundational capabilities) untuk mendukung seluruh struktur, seperti struktur sistem pendidikan termasuk didalamnya Pendidikan
madrasah, politik, masyarakat dan sebagainya. Ketiga, adalah bisnis.
Digitalisasi adalah suatu sistem selalu dimaknai dan berujung pada bisnis. Bisnis dapat pula dimaknai dengan bisnis pendidikan dalam arti yang luas. Keempat, pengalaman baru customer sebagai orang yang perlu
dilayani dengan baik dengan ukuran memuaskan bagi pelanggan. Digitalisasi tentu mempermudah
dan memanjakan customer. Customer dapat dimaknai dalam dunia
Pendidikan adalah layanan terhadap peserta didik, orang tua peserta didik,
pendidik dan tenaga kependidikan, dan user (alumni) pada madrasah.
Beranjak dari pemikiran ini kiranya dapat dipahami bahwa transformasi digital pada mulanya merupakan wujud integrasi teknologi digital ke dalam semua area bisnis, yang dapat mengubah dan mengoporasikan dan menyampaikan nilai kepada customer. Dalam transformasi digital pula membutuhkan sebuah organisasi-organisasi yang secara terus menerus berupaya menantang status quo, ada upaya bereksperimen, menjadi nyaman dan siap dengan resiko kegagalan, karena proses ini akan menciptakan perubahan budaya yang cukup mendasar dan berdampak pada kehidupan dalam bermasyarakat nantinya.
Geliat transformasi digital yang muncul pada peserta didik atau dalam masyarakat adalah salah satu kunci kebangkitan era teknologi yang tidak bisa diabaikan. Bahkan target pemerintah kita di tahun 2030 NKRI harus memiliki dengan talenta digital sejumlah sembilan juta orang. Dan mempunyai skill teknologi kekinian yang siap bersaing di dunia global. Dengan adanya target pemerintah tersebut tentunya kebutuhan akan talenta digital bagi generasi mendatang menjadi prasyarat utama dan upaya untuk mencegah terseret arus ketertinggalan di tengah perkembangan Revolusi Industri 4.0 yang makin cepat berkembang itu. Untuk itulah, sangat penting bagi madrasah untuk mempersiapkan diri dan membangun kemandirian digital secara menyeluruh. Karena ujung dari geliat digital ini nantinya demi mewujudkan dan membentuk digital prenuer yang mandiri untuk menghidupi dirinya sendiri dan mampu menciptakan lapangan kerja bagi orang lain. Walaupun bagi peserta didik MTsN Bantaeng khususnya tentu baru membutuhkan kemampuan agar dapat melanjutkan pendidikan pada Lembaga Pendidikan yang mempunyai fasilitas dan standar layanan yang memadai dan baik.
Upaya MTsN Bantaeng untuk membuka layanan kelas digital sebagai respon perkembangan sistem digital menyongsong era industry 4.0 adalah sudah menjadi suatu keharusan untuk mencegah keterbelakangan pengetahuan akan teknologi informasi. Hal ini pula sejalan dengan motto Direktorat KSKK Madrasah, yaitu Madrasah Mandiri Berprestasi, yakni madrasah sebagai institusi pendidikan yang menyiapkan generasi mandiri dan berprestasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar