Suatu metode
pembelajaran terasa sangat menarik jika disandingkan dengan perbincangan dengan
teknologi. Sebab IT dapat memberikan nilai tambah, dalam pengaplikasiaannya.
Hal tersebut karena IT disatu pihak mempunyai jalannya sendiri begitupun metode
pembelajaran berkembang sesuai kepentingan dan keinginan para pemangku
kepentingan. Begitu pula IT, barang ini sangat dipengaruhi oleh kebijakan
penguasa. Jadi apabila di gabungkan dengan keduanya, maka akan menciptakan
kegiatan yang rumit untuk melihat titik temu dan tanpa sanggup melihat ujungnya
kemana. Tetapi dalam tulisan ini tidak membicarakan dari aspek politik yang
mempengaruhinya, akan lebih fokus pada bagaimana manfaat kalau keduanya
digabungkan dalam suatu sistem satu kesatuan. ICT adalah merupakan teknologi yang
mempunyai tiga manfaat yang sangat penting yaitu suplemen, komplemen, dan
substitusi.
Pertama, berperan sebagai tambahan “suplemen” yaitu
ketika peserta didik masih dibebaskan memilih dan tidak diharuskan, apakah
materi pembelajaran yang dilakukan dengan bantuan ICT ataupun masih sistem
klasik. Dari sini seorang pengajar atau guru dituntut berperan aktif mendorong,
menggugah atau menganjurkan untuk menggunakan fasilitas teknologi yang telah
disediakan oleh madrasah.
Kedua, berperan sebagai pelengkap “komplemen”.
Maksudnya semua materi pembelajaran yang dibangun dengan ICT diprogram untuk
menjadi materi reinforcement atau pengayaan materi yang bersifat enrichment
atau remedial bagi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran konvensional.
Ketiga, berperan sebagai pengganti (substitusi). Sebagai pengembangan layanan dalam bidang pendidikan hendaknya menyiapkan
alternatif model kegiatan pembelajaran bagi peserta didiknya yang dapat
dilaksanakan dalam keadaan tertentu, misalnya disaat pandemi covid 19 atau
dalam keadaan darurat lainnya. Menyiapkan model pembelajaran tersebut bertujuan
untuk memudahkan guru dalam mengajar kepada peserta didiknya sehingga dapat
menyesuaikan waktunya dalam beraktivitas lain. Hal tersebut bahkan di
negara-negara maju sudah dilakukan sejak lama.
Dari kegita
opsi tersebut diatas, menampilkan tiga model kegiatan pembelajaran yang dapat
dipilih bagi peserta didik, guru dan pemangku kebijakan pendidikan lainnya. Pertama,
model pembelajaran dengan cara tatap muka (konvensional). Kedua, dengan
model pembelajaran sebagian tatap muka dan sebagian lagi melalui
internet. Ketiga, sepenuhnya dengan menggunakan jasa internet saja.
Model pembelajaran yang menjadi pilihan bagi peserta didik tidak akan
mempengaruhi prestasinya dan penilaiannya dalam evaluasi nanti. Pilihan apapun
yang digunakan karena kehendak peserta didik untuk memilih model
pembelajarannya, akan dinilai sama seperti pelaksanaan pembelajaran dengan cara
konvensional, dan lembaga penyelenggara pendidikan akan memberikan pengakuan
yang sama. Dan keadaan ini tentu akan sangat fleksibel dan dinilai sangat
membantu peserta didiknya untuk menuntaskan dan mempercepat penyelesaian
pendidikannya.
Peserta didik
yang belajar pada lembaga pendidikan konvensional tidak perlu khawatir, apabila
tidak dapat menghadiri kegiatan pembelajaran secara fisik (tatap muka), karena ada
kepentingan lain yang tidak dapat ditinggalkan. Oleh sebab, lembaga
pendidikan konvensional tersebut sudah menyajikan
materi pembelajaran yang dapat diakses oleh peserta didik melalui internet. Dan peserta didik dapat mempelajari materi pembelajaran yang terlewatkan tersebut
melalui internet. Dengan cara ini, peserta didik merasa diberi keleluasaan dan kebebasan
mengikuti kegiatan pembelajaran yang tertinggal, karena penyajian materi
tersebut disajikan sebagian dengan tatap muka dan sebagian lagi melalui internet.
Dengan demikian, peserta didik sangat mungkin untuk tidak menghadiri sepenuhnya
kegiatan pembelajaran secara fisik, karena sebagiannya dapat diikuti melalui internet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar