"Cintailah orang yang kamu cintai, maka sesungguhnya kamu akan berpisah dengannya.
Hiduplah menurut apa yang kamu kehendaki, maka sesungguhnya kamu akan mati.
Dan berbuatlah menurut apa yang kamu kehendaki, maka sesungguhnya kamu akan dibalas."

Berita Hots

Rabu, 31 Agustus 2022

Transformasi ICT (Information and Communication Technology) Terhadap Metodologi Pembelajaran

 

Suatu metode pembelajaran terasa sangat menarik jika disandingkan dengan perbincangan dengan teknologi. Sebab IT dapat memberikan nilai tambah, dalam pengaplikasiaannya. Hal tersebut karena IT disatu pihak mempunyai jalannya sendiri begitupun metode pembelajaran berkembang sesuai kepentingan dan keinginan para pemangku kepentingan. Begitu pula IT, barang ini sangat dipengaruhi oleh kebijakan penguasa. Jadi apabila di gabungkan dengan keduanya, maka akan menciptakan kegiatan yang rumit untuk melihat titik temu dan tanpa sanggup melihat ujungnya kemana. Tetapi dalam tulisan ini tidak membicarakan dari aspek politik yang mempengaruhinya, akan lebih fokus pada bagaimana manfaat kalau keduanya digabungkan dalam suatu sistem satu kesatuan. ICT adalah merupakan teknologi yang mempunyai tiga manfaat yang sangat penting yaitu suplemen, komplemen, dan substitusi.

Pertama, berperan sebagai tambahan “suplemen” yaitu ketika peserta didik masih dibebaskan memilih dan tidak diharuskan, apakah materi pembelajaran yang dilakukan dengan bantuan ICT ataupun masih sistem klasik. Dari sini seorang pengajar atau guru dituntut berperan aktif mendorong, menggugah atau menganjurkan untuk menggunakan fasilitas teknologi yang telah disediakan oleh madrasah.

Kedua, berperan sebagai pelengkap “komplemen”. Maksudnya semua materi pembelajaran yang dibangun dengan ICT diprogram untuk menjadi materi reinforcement atau pengayaan materi yang bersifat enrichment atau remedial bagi peserta didik dalam kegiatan pembelajaran konvensional.

Ketiga, berperan sebagai pengganti (substitusi). Sebagai pengembangan layanan dalam bidang pendidikan hendaknya menyiapkan alternatif model kegiatan pembelajaran bagi peserta didiknya yang dapat dilaksanakan dalam keadaan tertentu, misalnya disaat pandemi covid 19 atau dalam keadaan darurat lainnya. Menyiapkan model pembelajaran tersebut bertujuan untuk memudahkan guru dalam mengajar kepada peserta didiknya sehingga dapat menyesuaikan waktunya dalam beraktivitas lain. Hal tersebut bahkan di negara-negara maju sudah dilakukan sejak lama.

Dari kegita opsi tersebut diatas, menampilkan tiga model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih bagi peserta didik, guru dan pemangku kebijakan pendidikan lainnya. Pertama, model pembelajaran dengan cara tatap muka (konvensional). Kedua, dengan model pembelajaran sebagian tatap muka dan sebagian lagi melalui internet. Ketiga, sepenuhnya dengan menggunakan jasa internet saja. Model pembelajaran yang menjadi pilihan bagi peserta didik tidak akan mempengaruhi prestasinya dan penilaiannya dalam evaluasi nanti. Pilihan apapun yang digunakan karena kehendak peserta didik untuk memilih model pembelajarannya, akan dinilai sama seperti pelaksanaan pembelajaran dengan cara konvensional, dan lembaga penyelenggara pendidikan akan memberikan pengakuan yang sama. Dan keadaan ini tentu akan sangat fleksibel dan dinilai sangat membantu peserta didiknya untuk menuntaskan dan mempercepat penyelesaian pendidikannya.

Peserta didik yang belajar pada lembaga pendidikan konvensional tidak perlu khawatir, apabila tidak dapat menghadiri kegiatan pembelajaran secara fisik (tatap muka), karena ada kepentingan lain yang tidak dapat ditinggalkan. Oleh sebab, lembaga pendidikan konvensional tersebut sudah menyajikan materi pembelajaran yang dapat diakses oleh peserta didik melalui internet. Dan peserta didik dapat mempelajari materi pembelajaran yang terlewatkan tersebut melalui internet. Dengan cara ini, peserta didik merasa diberi keleluasaan dan kebebasan mengikuti kegiatan pembelajaran yang tertinggal, karena penyajian materi tersebut disajikan sebagian dengan tatap muka dan sebagian lagi melalui internet. Dengan demikian, peserta didik sangat mungkin untuk tidak menghadiri sepenuhnya kegiatan pembelajaran secara fisik, karena sebagiannya dapat diikuti melalui internet.

Read more ...

Selasa, 30 Agustus 2022

Fungsi dan Peran TIK Terhadap Pembelajaran

Banyak hal yang dapat dilakukan dengan bantuan teknologi, semakin canggih teknologi yang digunakan maka mamfaat yang dapat diperoleh memungkinkan akan semakin besar pula. Teknologi yang sering di sebut dengan penamaan krennya "tik”, sudah jauh berkembang sampai saat ini, sehingga hampir di semua sudut tempat aktivitas kita, dapat ditemukan walau peralatannya masih sederhana. Sebab zaman ini memang sangat dibutuhkan untuk mempercepat proses kinerja kita dalam instansi pemerintah maupun perusahaan swasta ataupun bagi usaha-usaha kecil menengah.  

Penamaan TIK di sekolah/madrasah sering pula ditemukan dengan sebutan lain, seperti ICT (Information and Communication Technology), istilah ini dialih bahasa menjadi TIK (teknologi informasi dan Komunikasi), yang mana cara kerjanya menggunakan teknologi computer. Atau terkadang disebutnya CBT (computer based test), istilah tersebut terkadang ditemukan disaat pelaksanaan evaluasi belajar di madrasah yang berbasis computer. CBT dikemudian hari tidak terbatas pada computer lahi setalah dilakukan inovasi-inovasi sehingga evaluasi dapat pula dilaksanakan dengan teknologi android/smartphone.

Berbicara tentang pemanfaatan teknologi canggih zaman sekarang sudah lazim dilakukan, sehingga apabila kita melakukan pekerjaan secara manual atau analog, maka terkadang diberikan istilah lain yang disematkan kepadanya dengan istilah ketinggalan zaman atau kolot, yang menandakan masih menggunakan sistem klasik atau tradisional.

TIK atau ICT (Information and Communication Technology) adalah teknologi yang secara terminology adalah suatu sistem teknologi yang mencakup keseluruhan peralatan teknis untuk memproses data dan menyampaikan informasi. Yang mencakup dua hal yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi.

Teknologi informasi adalah mencakup segala hal yang terkait dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, alat untuk memanipulasi data, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi melingkupi segala hal yang terkait dengan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat satu ke perangkat lainnya. Keduanya berfungsi untuk menciptakan dan menjalin komunikasi serta mengelola dan menyebarkan informasi.

Jika TIK dimanfaat dalam rana pengajaran dan pembelajaran, maka dapat dikatan bahwa ia dapat berfungsi sebagai, pertama, tutorial (sebagai bahan pembelajaran yang meliputi expository berupa penjelasan terperinci, demonstrasi, dan latihan). Kedua, alat eksplorasi pengguna (sebagai media untuk mencari dan mengakses informasi dari jaringan internet serta untuk melihat demonstrasi suatu kejadian suatu urutan software dan hardware. Ketiga, alat aplikasi, ICT membantu murid melaksanakan tugas seperti membuat diagram dalam pelajaran matematika dengan memanfaatkan teknologi komputer. Keempat, alat komunikasi (sebagai alat yang digunakan untuk menjalin komunikasi antara guru dengan peserta didik). Dengan melihat beberapa manfaat TIK tersebut, dapat disimpulkan bahwa teknologi bukanlah suatu penghambat melainkan dapat memberikan manfaat lebih baik dalam pembelajaran.

Selain itu, fungsi utama TIK dapat dilihat minimal tiga fungsi dalam pembelajaran, seperti dapat dijadikan sebagai; pertama, alat (tools) bagi peserta didik dalam mengolah kata, mengolah angka, membuat unsur grafis, membuat database, membuat program administrative, dan dapat pula digunakan sebagai alat pengola data data guru dan staf, data kepegawaian, keuangan dan sebagainya. Kedua, fungsi teknologi sebagai ilmu pengetahuan (science), yang mana dapat dikembangkan dalam dunia keilmuan, seperti manajemen informasi,  ilmu computer untuk meningkatkan pengetahuan dan skill IT bagi peserta didik. Ketiga, sebagai leterasi (literacy), atau menjadi bahan dan alat bantu untuk pembelajaran. Teknologi difungsi sebagai alat bantu yang dapat menyediakan bahan pembelajaran yang memuat kompetensi dasar untuk dikuasai melalui peralatan komputer. Jadi sebuah computer yang telah ditanami sebuah aplikasi/program pembelajaran sedemikian rupa untuk membimbing peserta didik dengan prinsip pembelajaran tuntas sesuai kompotensi yang diharapkan.  Dalam hal ini posisi teknologi berfungsi sebagai guru, karena sudah menjadi alat yang memberikan fasilitasi pembelajaran, menjadi motivator dan transmiter, serta menjadi evaluator.

Penggunaan dan pengintegrasi TIK kedalam proses belajar mengajar, dengan sendiri menciptakan empat hal yang sangat dibutuhkan baik guru maupun peserta didik. antara lain akan menciptakan, yaitu pertama, Kesetaraan Pendidikan yang mana madrasah yang menggunakan teknologi digital dalam proses belajar mengajar akan membentuk pengetahuan dan keterampilan IT bagi peserta didiknya, sehingga dengan sendirinya mereka tidak tertinggal dalam ilmu TIK. Kedua, masalah masa depan, sebagai generasi penerus diperlukan bagi anak didik untuk menguasai teknologi, karena tren di dunia Pendidikan bersifat dinamis, cepat berubah dan dituntut menguasai teknologi terbaru. Dengan penguasaan seperti itu akan mampu bersaing secara efektif dengan rekan-rekannya secara global. Ketiga, kehidupan social, sebagai makhluk social tentu membutuhkan kehidupan social yang mapan dan mendidik. Sebagai peserta didik di masa modern dibutuhkan kemampuan untuk dapat berintaraksi dengan guru dan peserta didik lainnya dengan maksud meningkatkan kecakapan bersosial dan pengembangan kemampuan akademiknya. Keempat, fungsinya sebagai media penyimpanan data. Dalam madrasah yang menggunakan TIK ketika proses pembelajaran tentu dituntut adanya media penyimpanan data digital. Sebelumnya media kertas dan pulpen menjadi hal penting dalam proses belajar. Media teknologi sekarang, sudah banyak yang dapat digunakan untuk menyimpan data berupa catatan pelajaran secara online maupun offline yang dapat diakses tanpa diharuskan berada di tempat dan pada waktu tertentu.

Read more ...

Integrasi sistem Pendidikan ke dalam Era Industri 4.0

“Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian”    

                :::: Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA. ::::

Era dimulainya teknologi terbarukan yang dinamai era revolusi industri 4.0, ditandai dengan dapatnya memadukan dan merekayasa beberapa ekosistem dari beragam dimensi, mulai dimensi fisik, biologis, dan digital. Era industri 4.0 tersebut telah banyak mempengaruhi dan membawa perubahan pada berbagai aspek kehidupan umat manusia. Dapat memadukan dua orang bertukar informasi secara real time dengan berlainan tempat dengan bantuan digital. Proses terjadinya digitalisasi pada bidang informasi dan pemanfaat kecerdasan buatan (Artificial Intelligence) yang menyasar keperluan dalam berbagai kehidupan manusia, termasuk didalamnya lembaga pendidikan. Oleh karena itu, teknologi digitalisasi di era industri 4.0 adalah sangat penting menjadi perhatian secara serius, karenanya termasuk paling banyak mempengarui sistem pendidikan di dunia saat ini.

Sentuhan teknologi digital terhadap proses pembelajaran di lembaga-lembaga pendidikan, termasuk didalamnya madrasah-madrasah, menjadi daya tarik tersendiri karena menawarkan aspek efektivitas dan efisien. Aktifitas pembelajaran diruang kelas pada tahun 1980-an misalnya, masih disuguhkan konsep dengan benda-benda artifisiak sebagai alat visualisasi, untuk menampilkan konsep yang bersifat abstrak, dibandingkan saat ini yang menggunakan teknologi digital sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran maka diketahui akan lebih efektif, efisien, interaktif dan atraktif. Dan digitalisasi pembelajaran di tahun 1990-an dimulai penggunaan alat digital seperti kalkulator dalam ruang kelas sekolah atau madrasah, berhasil mengubah pandangan penggunaan alat teknologi bagi peserta didik, karena dipandang peserta didik memiliki nilai edukasi dalam meningkatkan kemampuan, kepekaan bilangan dan membantu dalam memecahkan masalah matematika. Sekalipun awal-awalnya banyak guru khawatir dan berasumsi bahwa penggunaan alat digital seperti kalkulatur akan merusak mental peserta didik dalam berhitung karena di khawatirkan adanya ketergantungan kepada teknologi tersebut.

Dalam suatu riset belakangan ini terkait dengan integrasi teknologi digital kedalam proses pembelajaran di ruang kelas, dinyatakan bahwa hal tersebut memiliki dampak positif bagi peserta didik bahkan bagi pengajar, minimal ada tiga pengaruhnya. Pertama, dengan pengintegrasian teknologi peserta didik dapat meningkatkan nilai capaian pembelajarannya. Kedua, dengan pengintegrasian teknologi dapat meningkatkan efektivitas pengajaran. Ketiga, dan integrasi teknologi dapat mempengaruhi apa dan bagaimana suatu bidang studi yang sedang dipelajari peserta didik tersebut seharusnya dipelajari dan dibelajarkan. Lebih dari itu, dengan integrasi teknologi dapat diasumsikan bahwa peserta didik dapat memiliki materi pembelajaran yang lebih kaya, luas dan mendalam, apabila teknologi digunakan dengan tepat guna.

Walau dalam riset banyak dampak positifnya ditemukan tetapi masih banyak pendidik meragukannya. Masih banyak guru madrasah yang menyimpan kekhawatiran terkait implementasi teknologi dalam proses pembelajaran akan memberikan dampak buruk pada peserta didik. Mereka mencontohkan dengan penggunaan kalkulator sebagai alat hitung akan menjadikan ketergantungan peserta didik terhadap mesin hitung, yang akibatnya kemampuan menghitung peserta didik akan menjadi buruk. Selain itu, penggunaan teknologi digital bagi peserta didik dikhawatirkan akan disalahgunakan, yang akibatnya mereka tidak mempelajari apa yang seharusnya dipelajarinya. Dicontohkannya, ketika peserta didik mengerjakan tugas dengan bantuan teknologi digital, bukannya mereka mempelajari temuan konsep matematika, melainkan hanya disibutkan dengan mencoba fitur-fitur alat digital tersebut.  Tak terkecuali dibidang seni, hampir disetiap kegiatan-kegiatan ektrakurikuler peserta didik tidak lagi menggunakan bahan dan cetakan tradisonal, melainkan dengan hanya membuat konsep visual, lalu dicetak di perusahaan percetakaan kemudian ditampilkan dalam pertunjukan, misal dalam pembuatan spanduk. Hal tersebut boleh jadi skill dan kreasi peserta didik tidak tumbuh dan berkembang dengan baik. 

Walaupun demikian, patut disadari bahwa kebutuhan akan teknologi digital dalam dunia pendidikan khusus dalam proses pembelajaran adalah hal yang mustahil dihindarkan.  Dan semua kita yang menjadi pemangku kepentingan dalam dunia pendidikan harus mengubah mandset kita untuk lebih cepat mengintegrasikan teknologi digital karena lebih besar peluangnya akan memberikan dampak positif bagi pertumbuhan dan pekembangan daya pikir dan skill peserta didik kedepannya apabila mereka menggunakan secara tepat guna. Karena penggunaan teknologi yang masih klasik capat atau lambat akan bergeser dan mungkin tidak dilirik lagi, karena waktu tidak akan mungkin diputar kebelakang untuk menyesuaikan diri seperti zamannya pendidikan tradisonal.

Hal ini sejalan dengan ungkapan sayyidina Ali bin Abi Thalib yang cukup fenomenal mengenai pendidikan anak yaitu “Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu. Sesungguhnya mereka diciptakan untuk zamannya, sedangkan kalian diciptakan untuk zaman kalian”.  


Read more ...

Senin, 29 Agustus 2022

Revitalisasi Perpustakaan Digital di Madrasah

Membangun perpustakaan digital pada madrasah dimaksudkan untuk upaya mewujudkan suatu sistem yang trasidisional menuju ke sistem modern dengan memanfaatkan bantuan teknologi digital. Sudah saatnya memaksimalkan penggunaan teknologi yang sudah berkembang sedemikian jauh, namun kita sebagai pelaksana dan pengguna perpustakaan masih berkutak pada sistem pengelolaan ala zaman purba kala.

Dengan kemajuan teknologi informasi sekarang ini dengan sendirinya tanpa kita sadari telah mengubah sendi-sendi kehidupan kita. Perubahan pola pikir kita dalam menyimak informasi yang muatannya beragam. Informasi berupa berita, pendidikan, dan lain-lain.

Sumber Daya Manusia: perpustakaan digital membutuhkan ketiga SDM yang harus dipenuhi tanpa memiliki ketiga macam SDM ini, maka layanan Pustaka tidak akan berjalan normal.

  • Pustakawan administrator yaitu personil pustakawan yang berfungsi pengelola koleksi perpustakaan yang biasanya dimulai dari pendataan, pengelolaan sampai pada entry koleksi ke program aplikasi.
  • Pustakawan programmer adalah personil pustakawan yang mampu dan dapat berfungsi sebagai maintaining program apkikaasi dan jaringan yang ada di perpustakaan.
  • Pustakawan customer care adalah pustakawan yang berfungsi sebagai pelayan kebutuhan informasi bagi seluruh pengguna perpustakaan, baik itu yang berkunjung langsung ke perpustakaan maupun pengguna virtual.

Software berupa aplikasi pengelolaan perpustakaan digital;

  • Software untuk pengelolaan database pengguna dalam perpustakaan tertentu;
  • Software untuk bahan bacaan yang berbentuk digital;
  • Software untuk digunakan sebagai publikasi berupa informasi statistik penggunaan data digital.

Hardware yaitu berupa peralatan yang mutlak dimiliki perpustakaan yang berbasis digital. Peralatan tersebut adalah,

  • Server PC, alat ini dibutuhkah karena berfungsi sebagai penyimpanan data buku mapel dan buku referensi yang dibuat dalam bentuk buku digital.
  • PC claent, komputer tersebut dibutuhkan untuk memproses database peserta didik dan layanan pinjaman. 
  • Kabel jaringan, merupakan pelengkap yang digunakan untuk mengirim data elektronik ke kelas dan ke laboratorium secara offline.
  • Hub atau router, digunakan untuk switc antara PC Client.
  • Scanner, digunakan untuk memindai data buku-buku dan dokumen yang diperlukan, kemudian disimpan dalam server perpustakaan sebagai database buku untuk peserta didik.

Kebijakan, faktor yang  tak kala pentingnya pula adalah masalah kebijakan pimpinan dalam suatu organisasi madrasah. Tanpa adanya kebijakan untuk membangun perpustakaan digital maka dapat dipastikan mustahil akan terbangun sebuah perpustakaan digital yang baik.

HKI (hak kekayaan intelektual) atau open access. Kendala yang mesti diperhitungkan adalah pelanggaran hak kekayaan intelektual. Karena itu harus ada upaya untuk melakukan koordinasi antara pemangku kebijakan dan kepentingan.

Pemustaka. Peserta didi yang hidup di era digital atu teknologi seperti sekarang membutuhkan penyajian informasi yang akurat dan cepat. Pemustaka harus cepat menyadari kebutuhan penggunaanya. Perpustakaaan haru segera bergerak cepat dalam melayani kebutuhan informasi penggunannya. Karena itu sangat diperlukan memiliki skill dalam mengemas penyajian informasi  yang dimiliki.

Kondisi riil kita di MTsN Bantaeng fungsi perpustakaan boleh dikata hanya berfungsi sebagai tempat penyimpanan buku-buku pelajaran yang sewakru-waktu diambil oleh peserta didik untuk dipelajari di kelasnya masing-masing. Hal tersebut dapat dilihat dari roster jadwal pelajaran peserta didik di kelas, tidak ada yang ditemukan jadwal atau jam kunjungan ke perpustakaan madrasah. Kunjungan ke perpustakaan madrasah bagi peserta didik bisa dipastikan hanya ketika guru pengajarnya pada jam pelajaran tidak atau belum datang.

Diperlukan metode untuk menghubungkan data perpustakaan dengan ruang kelas belajar. Untuk tujuan tersebut diperlukan digitalisasi perpustakaan terutama buku-buku mata pelajaran yang akan dipelajari di ruang kelas.

Diperlukan mengubah konsep penggunaan bahan buku cetak  kertas, karena hal tersebut sudah dapat terlihat akan tergeser dengan perkembangan IT sekarang ini. Lagi pula dari segi keefektifan penggunaan buku berbahan kertas sangat mudah rusak dan bahkan hilang tanpa data peminjaman dari perpustakaan. Selain itu, buku cetakan dengan bahan kertas akan menggunakan ruang yang sangat luas dan bangunan yang standar, karena didalamnya dibutuhkan ruang baca, ruang kerja, ruang rak buku dan lain-lain.

Dibandingkan dengan penggunaan digital, penggunaannya dapat secara riil time dapat terhubung dengan ruang kelas yang sudah dilengkapi dengan smart TV. Juga dapat di download oleh peserta didik yang memiliki handphone/smartphone. Tidak membutuhkan duduk lama di perpustakaan, baca buku di jam tertentu. Dapat di buka kapan dan dimana saja. Dapat di copy paste ketika mengerjakan tugas-tugas yang dibutuhkan, dengan tanpa menggunakan buku cetakan.

Dari segi operasional dan pemeliharaan arsip dan bangunan pun, tentu dengan sistem digital perpustakaan tersebut, biaya pengadaan buku dan pemeliharaannya, biaya pemeliharaan bangunannya dapat diminimalisir, sehingga beban pembiayaan madrasah dapat di maksimalkan untuk pengembangan ruang belajar tatap muka dengan mengalihkan dengan memkaimalkan penggunaannya dan pembiayaan ke jaringan internet yang dibutuhkan bagi peserta didik dan guru di saat belajar.


Read more ...

Prospek Perpus Digital di Era Industri 4.0.

Suatu ketimpangan terjadi, disebabkan revolusi industri 4.0 ini, perbedaan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi antara blok barat dan blok timur, yang jaraknya jauh mengangah. Itupun kalau kita mengukurnya dengan level negara. Lalu bangaimana dengan level lokal, misal dengan mengukur kemampuan di satker kerja kita, itu pasti jaraknya antara langit dan bumi. Padahal kemajuan demi kemajuan teknologi yang tercipta di barat seharusnya kita mampu mengejarnya sekalipun tidak mampu mensejajarkan diri. Sebabnya itu adalah potret dari suatu bangsa tertinggal atau kurang berkemajuan. Lalu apa hubungannya dengan revolusi industri 4.0 mahluk apa sebenarnya dia?

Istilah industri 4.0 tersebut pertama kali diciptakan dan berkembang di negara Jerman tepatnya di Hannover Fair pada tahun 2011. Suatu kemajuan yang luar biasa yang mencakup beberapa tehnologi mulai 3D Printing sampai robotik, juga termasuk jenis material dan sistem produksi terbarukan. Penamaan industri 4.0 adalah suatu istilah yang merujuk pada revolusi ke empat, yang  merupakan fenomena yang unik kalau dibandingkan dengan tiga revolusi industri yang sebelumnya. Industri 4.0 tersebut sebenarnya diumumkan secara apriori karena peristiwa secara nyata belumlah terjadi, ia masih dalam bentuk gagasan-gagasan. Namun demikian, dibeberapa negara telah turut mewujudkan konsep Industri 4.0, walaupun dengan menggunakan istilah yang berbeda-beda. Istilah-istilah yang kerap kali digunakan seperti Smart Factories, Smart Industry, atau Advanced Manufacturing, Industrial Internet of Things. Walaupun berlainan penamaan istilah, namun mempunyai satu cangkupan dan satu jenis kegiatan yang bertujuan sama pula.

Sekalipun masih dalam penelitian dan pengembangan, ada beberapa dintaranya mencoba mendefinisikan istilah Industri 4.0 itu. Angela Merkel seorang Kanselir Jerman misalnya, berpendapat bahwa Industri 4.0 adalah transformasi komprehensif dari keseluruhan aspek produksi di industri melalui penggabungan teknologi digital dan internet dengan industri konvensional. Sedangkan Schlechtendahl dkk. dalam memberikan definisi menekankan kepada unsur kecepatan dari ketersediaan informasi, yaitu sebuah lingkungan industri di mana seluruh entitasnya selalu terhubung ,dan mampu berbagi informasi satu sama lain.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa definisi industri 4.0 itu sendiri merupakan transformasi sebuah unsur kecepatan dari ketersediaan informasi dari keseluruhan aspek produk di industri, dengan melalui penggabungan teknologi digital, dibantu Sumber Daya Manusia yang mempunyai kemampuan intelektual yang memadai.

Adapun perkembangan industri sejak revolusi industri 1.0 yang mulai dikembangkan pada tahun 1784 sampai dengan revolusi industri 4.0 dapat dijabarkan sebagai berikut:

  • Revolusi Industri 1.0 dimulai tahun 1784, dimana masyarakat masih memikirkan bagaimana bekerja secara maksimal dengan menggunakan tenaga uap dan air, yang masih menjadi kendala dalam masyarakat pada masa itu.
  • Revolusi Industri 2.0 dimulai tahun 1870, pada tahap revolusi kedua ini masyarakat sudah memikirkan peningkatan produksi massal dengan bantuan energi listrik. Sebab dimasa itu listrik sudah diciptakan, dan demi meningkatkan kemajuan produksi industrinya, masyarakat berupaya mengembangkan penggunaan energi listrik.
  • Revolusi Industri 3.0 dimulai tahun 1970, pada saat itu telah dikembangkan penggunaan PLC (Programmable Logic Control) dan sistem IT (Information Technology) yang difungsikan sebagai suatu sistem otomasi diberbagai keperluan termasuk bidang industri. Dan pada tahun itu komputer sudah mulai diciptakan, yang penggunaannya berdampak pada kemudahan pekerjaan, dan revolusi industri terus dilanjutkan.
  • Revolusi Industri 4.0 yang terjadi hari ini deitandai dengan penggunaan IoT dan CPS. Penggunaan IoT (Internet of Things) adalah suatu konsep atau skenario, dimana suatu objek memiliki kemampuan mentransfer data melalui jaringan tanpa dikontrol dengan interaksi manusia ke manusia atau manusia ke komputer. Sedangkan CPS (Cyber Physical Systems) adalah suatu sistem yang dalam penggunaan berfungsi untuk melindungi fisik dari sebuah benda maupun lainnya.  

Demikian tahapan keempat revolusi industri yang pernah terjadi hingga saat ini, yang mana terjadi disebabkan dengan adanya kebutuhan dan perkembangan problematika yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, yang turut mempengaruhi terciptanya inovasi-inovasi baru dalam bidang teknologi dan komunikasi secara besar-besaran.

Tuntutan terhadap peran pustakawan dalam menghadapi revolusi industri 4.0 sangat diperlukan dan diutamakan, untuk meningkatkan dan memajukan perpustakaan di era industri 4.0. Walaupun sebanrnya di  Indonesia sendiri, deretan perpustakaan dinegara kita belum masuk ke level revolusi industri 4.0, salah satu persoalannya semua perpustakaan di Indonesia masi berada di level industri 2.0. penyebabnya karena SDM pengelolanya yang dimiliki perpustakaan pada umumnya belum memadai, persoalan lainnya dari jumlah pengelola tersebut terkendala dari aspek skill. Selanjutnya penganggaran dalam pembenahan fasilitas dan kafasitas perpustakaan menyumbang persoalan mendasar, sehingga perpustakaan sampai sekarang ini belum move on dari revolusi 2.0. lalu bagaimana perpustakaan kita di madrasah-madrasah tentu lebih parah lagi masalahnya kan?

Selain problematika yang dihadapi perpustakaan kita yang umum di hadapi sampai tidak maju-maju di Indonesia, akan lebih baik apabila menyiapkan para pustakawan untuk menghadapi revolusi industri 4.0 yang sedang berkembang pesat saat ini. Adapun untuk menghadapi revolusi industri 4.0 tersebut kompotensi yang pustakawan harus dimiliki, yaitu:

  • Visi tentang kapabilitas pengembangan, kepekaan menangkap isu-isu terbaru untuk kompetensi jasa informasi. Dengan memiliki visi yang dibuat sendiri, maka menghadapi revolusi industri 4.0 diharapkan memiliki kesempatan yang lebih mudah untuk beradaptasi.
  • Kemampuan TIK dan pendayagunaan secara optimal guna layanan informasi yang maksimal, sebab berbagai pekerjaan menggunakan teknologi untuk pengembangan menuju industri 4.0.
  • Memiliki pemahaman isu-isu dan infrasturktur budaya. Seorang pustakawan wajib mempunyai pengetahuan tentang isu sosial budaya dalam masyarakat di sekitar perpustakaan tentang bagaimana penerimaan masyarakat terhadap revolusi industri 4.0.
  • Memiliki kemampuan  mengembangkan infrastruktur perpustakaan. Pustakawan harus mampu menghitung perkiraan kebutuhan mengenai infrastruktur yang perlu diadakan untuk mengembangkan perpustakaan menuju ke industri 4.0.
  • Memiliki kemampuan komunikasi dan pemasaran yang baik, karena kemampuan komunikasi dapat membantu dalam upaya pemasaran berupa jasa informasi dan pemasaran penggunaan perpustakaan 4.0.  

 Dari pemaparan diatas menggambarkan bahwa seorang pustakawan harus memiliki beberapa kemampuan untuk meningkatkan peran dalam menghadapi revolusi industri 4.0. Sehingga  diharapkan perpustakaan dapat berkembang dapat dikembangkan sesuai perkembangan teknologi informasi yang terus berkembang pesat. Sebab keberhasilan suatu perpustakaan, sangat ditentukan oleh pustakawan yang mengelolanya. Selanjutnya kemampuan pustakawan dalam perannya bisa berkembang sesuai zamannya, yang intinya sebagai pustakawan harus mampu beradaptasi dengan perubahan zaman yang ada.


Read more ...

Perpustakaan Digital di Era Mellenial dan Upaya Pembenahaan di MTsN Bantaeng

Perkembangan tekhnologi informasi dan komunikasi saat sekarang ini telah mendorong umat manusia untuk mencipta dengan segala bentuk kebutuhannya. Karena teknologi termutakhir di era industry 4.0 tersebut, telah dapat mempermudah pekerjaan dan meringkas waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pekejaan yang menjadi beban aktifitas kita sehari-hari.

Anak didik zaman now—anak millennial, adalah anak yang akrab dengan alat teknologi canggih (misalnya smartphone) yang seringkali mereka mainkan dalam beberapa aktivitas game online maupun off line. Karena keakraban terhadap peralatan IT tersebut maka seringkali anak didik terlihat murung dan tanpa gairah untuk beralih ke media lain. Karena media yang tidak memiliki teknologi canggih sudah dianggapnya tidak menarik dan mungkin cepat membosankan bagi peserta didik. Dengan gambaran tersebut, perlu ijtihad secara serius bagi para pemangku kepentingan untuk berupaya melakukan perubahan mendasar bagi kebutuhan akan media pembelajaran untuk anak didik. Perubahan itu penting dilakukan untuk menarik kebiasaan anak didik dari kebiasaan main game di smartphone yang mungkin tidak bermanfaat untuk masa depannya, mengubahnya smartphone yang mereka genggam ditangan menjadi perpustakaan digital yang menarik dan menyenangkan baginya.

Sebagai upaya memanfaatkan kemajuan dan perkembangan teknologi tersebut, dibutuhkan sebuah metode dan perangkat peralatan IT untuk mengintegrasikannya dengan beberapa kebutuhan mendasar bagi madrasah terkhusus MTsN Bantaeng. Diantaranya, perlu dimaksimalkan penggunaan teknologi digital untuk perpustakaan madrasah. Dengan upaya memanfaatkan IT untuk Perpustakaan maka perlu dilakukan pengintegrasian sistem digital yang terhubung ke beberapa dimensi keperluan. Yang pertama, sistem digitalisasi perpustakaan madrasah perlu terkoneksi dengan smartphone guru, untuk keperluan guru dalam pemanfaatan buku-buku digital yang diperuntukan sebagai materi bahan ajar guru mata pelajaran (mapel) bersangkutan secara real time. Kedua, perlu adanya koneksi ke TV Smart yang digunakan dalam kelas digital. Ketiga, perlunya penyajian buku-buku digital—baik buku-buku mata pelajaran maupun buku-buku referensi—yang diperlukan peserta didik yang menggunakan kelas digital dan lain-lain.

Tak kala pentingnya pula, sudah menjadi keharusan untuk memodernisasi arsip perpustakaan yang masih konvensional dan tradisional. Sebab, pada masa-masa klasik yang mungkin sudah ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu, perpustakaan masih menggunakan pengarsipan bahan bacaan dalam beberapa bentuk media. Yang lazim ditemukan, bahan arsip pada masa klasik yang digunakan adalah dalam bentuk media tulisan seperti tanah liat, gulungan kayu atau kulit kayu, kulit binatang, papyrus, dan daun Lontara. Arsip dokumen dalam bentuk seperti itu masih ada ditemukan dalam perpustakaan nasional Hal tersebut diatas, dilakukan oleh sebab media itulah yang ada dan teknologi pada masanya masih sangat sederhana.

Teknologi dari waktu ke waktu yang semakin berkembang khususnya teknologi media penyimpan informasi dan pengetahuan sehingga berkembang menjadi beberapa varian bentuk kebutuhan yang diperlukan. Teknologi berkembang dan mewujudkan media penyimpanan dalam bentuk lembaran kertas, buku-buku tercetak, media rekam, media magnetik, cakram optis, hingga berbentuk digital atau elektronik seperti sekarang ini.

Dengan ditemukannya beragam alat media penyimpangan data, yang dapat menampung beragam informasi dan ilmu pengetahuan maka muncullah istilah-istilah yang beragam pula. Sebutlah misalnya istilah perpustakaan digital, perpustakaan elektronik, perpustakaan mobile, perpustakaan konvensional. Yang populer sekarang adanya perpustakaan mobile dengan menggunakan smartphone atau hp android dan inilah pertanda awal bangkitnya perpustakaan digital yang harus dikembangkan pada MTsN Bantaeng.

Oleh karena perkembangan sedemikian maju dan pesatnya dengan dukungan kemajuan teknologi, maka hingga sekarang ini sudah memasuki fase yang tidak seperti perpustakaan klasik lagi, sebab perpustakaan sudah dikelola atau dikemas dalam bentuk elektronik atau digital.

 

Perkembangan IT Telah Mengubah dan Membentuk Generasi Baru khusus bagi anak yang lahir di masa digital yang disebut Generasi Natives dan Net Generation

Berawal dari perkembangan dan pertumbuhan temuan beberapa teknologi, yang dimulai tahun 1980-an salah satunya telah ditemukan suatu teknologi yang dapat digunakan untuk komunikasi antar orang ke orang lain, yang memungkinkan pula terhubungnya antara kantor instansi yang satu dengan kantor instansi lainnya. Hal koneksitas yang digunakan untuk itu pada masanya sudah dimulai dengan menggunakan teknologi terbarukan, pada masa itu yang dinamainya internet yang berkembang sangat pesat dari masa-ke masa.

Perkembangan dan kemajuan Internet tersebut yang dimulai pada tahun 1980-an itu tanpa disadari telah menyebabkan timbulnya satu generasi baru yang dinamakan dengan generasi digital natives dan Net generation. Dijulukinya anak digital natives karena merupakan generasi yang terlahir ketika tekhnologi digital baru muncul dan anak tersebut tumbuh bersama.

Anak didik yang lahir pada generasi ini telah banyak menghabiskan waktunya dalam lingkup dimana penggunaan komputer, video games, pemutar musik digital, kamera video, telepon cell (Handphone), iphone, ipad, dan alat lainnya. Pada era digital tersebut teknologi ini bahkan sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupannya. Mereka bahkan sudah diidentifikasi lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain video games (juga menonton televisi) dibandingkan dengan membaca buku dan belajar.

Menyematkan nama Net Generations bagi mereka, karena merujuk pada suatu generasi dimana mereka tumbuh dan sudah sangat terbiasa dengan menggunakan dengan komputer atau laptop dan berselancar dengan teknologi internet. Jadi sebetulnya istilah Generasi Natives dan Net Generation telah merujuk pada kedua generasi yang sama yaitu generasi keduanya sudah sangat familiar dan terbiasa menggunakan teknologi informasi berbasis komputer dan elektronik.

Pada masa depan di MTsN Bantaeng, tepatnya bagi anak didiknya, generasi seperti di ataslah yang mungkin akan dominan dan membutuhkan reformasi tata kelolah perpustakaan yang modern. Sebab kebiasaannya memanfaatkan tekhnologi kekinian maka sudah barang tentu membutuhkan fasilitas untuk memanfaatkan perpustakaan digital dan ke depannya anak net generations akan semakin mayoritas di madrasah.

Prospeknya bagi peserta didik yang masuk kelompok tersebut Perpustakaan digital bagi MTsN Bantaeng diharapkan mampu memberikan pelayanan dan menyediakan akses kebutuhan ke generasi digital, karena kedepannya akan semakin dilirik oleh para pemustakanya. Untuk itu, penting bagi para pemustaka untuk dapat memahami dan mengetahui agar memulai perencanaan pengembangan sumber daya elektronik demi perpustakaan bagi pemustakanya. Sebagai gambaran pengembangan sumber daya elektronik perlu disiapkan sejak dini agar penataan dan pengembangan perpustakaan digital dapat dimanfaatkan secara optimal oleh pemustakanya.

Pemahaman yang utama bagi pengelola Pustaka digital yaitu bagaimana membangun dan mengembangkan perpustakaan digital dengan memanfaatkan ketersediaan koleksi-koleksi digital atau file buku yang berbentuk elektronik yang dibutuhkan pemustaka. Juga perlu memahami bahwa perpustakaan digital sebetulnya adalah suatu sistem yang dapat mengakomodir fungsi perpustakaan tradisional--seperti perpustakaan yang sekarang kita miliki—kedalam sistem perpustakaan bersifat digital atau elektronik.

Pengertian penamaan perpustakaan sebenarnya diambil dari Bahasa Inggris yang asal katanya “library” yang mermakna perpustakaan, yang kata dasarnya juga terambi dari kata “libri” yang bermakna pustaka, kitab atau buku. Dan pengertian perpustakaan juga dapat terus mengalami perkembangan bentuk dan jenis koleksinya. Perubahan perpustakaan tersebut seiring dengan perubahan zaman dan teknologi.

Diketahui bahwa bentuk perpustakaan di masa klasik sampai sekarang, masih banyak berupa media kertas. Dan dimulai sekarang sudah berubah sebagai pusat sumber ilmu pengetahuan bagi manusia yang direkam dan dimanfaatkan dalam berbagai bentuk media komunikasi, baik media tulisan, cetakan, rekaman, maupun elektronika. Dan secara umum biasanya, penilaian baik atau buruknya sebuah perpustakaan diukur dari banyaknya koleksi dan ukuran/gedung, dan seringkali samhat kurang dilinai dari aspek kinerja pelayanan pustakawannya.

sedangkan pengelola perpustakaan yang lazimnya disebut pustakawan diartikan kedalam pustakawan tradisional dan pustakawan modern. Dengan mengutip International Encyclopedia of Information and Library Science menyebutkannya bahwa pustakawan dalam artian tradisional adalah kurator koleksi buku dan materi informasi lainnya, menata akses pemakai pada koleksi tersebut dengan berbagai syarat. sedangkan dalam arti modern, pustakawan adalah manajer dan mediator akses informasi untuk kelompok pemakai berbagai jenis, awalnya dimulai dari koleksi perpustakaan kemudian meluas kesumber lain yang terdapat di dunia. Dan di era digital ini, akses ke beberapa sumber lain di luar perpustakaan sangat dimungkinkan berkat kemajuan teknologi informasi. Dengan munculnya fenomena demikian, maka muncul istilah baru seperti perpustakaan tanpa dinding, perpustakaan maya, perpustakaan berakses global dan lain-lain.

Selanjutnya sebagai pustakawan yang modern dituntut memunyai, kemampuan dari aspek ilmu Pustaka dan skill IT yang memadai atau mumpuni. Ada beberapa syarat yang mesti dimiliki pustakawan modern di MTsN Bantaeng sekarang ini, saya ingin mengutip syarat-syarat yang mesti dimiliki bagi pustakawan yang ingin membangun perpustakaan digital. Dengan mengutip pandang Shapiro dan Hughes yang yang telah dikutip oleh Pendit menyatakan bahwa sekurang-kurangnya ada tujuh syarat yang mesti dimiliki pustakawan dalam era digitalisasi, yaitu:

  • Tool literacy, adalah kompotensi memahami dan  menggunakan alat teknologi informasi, baik dari segi konseptual maupun praktikal, skill menggunakan perangkat lunak (software), perangkat keras (hardware), multimedia dan sebagainya.
  • Resource literacy, adalah kompotensi memahami bentuk, format, lokasi, dan cara mendapatkan informasi terutama dari jaringan informasi (teknologi internet) yang selalu berkembang.
  • Social-structural literacy, mampu memahami secara benar informasi yang dihasilkan dari berbagai pihak dalam masyarakat.
  • Research literacy, kecakapan menggunakan media/peralatan berbasis teknologi informasi (TIK) sebagai alat riset
  • Publishing literacy, memiliki kemampuan menerbitkan informasi dan ide-ide ilmiah kehalayak luas dengan memanfaatkan teknologi komputer dan internet.
  • Emerging technology literacy, meningkatkan kemampuan secara terus-menerus untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi. Dan bersama komunitasnya demi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dapat menentukan arah pemanfaatan teknologi informasi yang dibutuhkan.
  • Critical literacy, mempunyai kemampuan evaluasi secara kritis. Dalam kegiatan ilmiah dapat menghitung untung ruginya penggunaan teknologi telematika.

 Dengan mencermati kutipan tulisan diatas, menunjukkan bahwa di era digital di dunia informasi yang sudah menglobal sekarang ini, dituntut untuk seorang pustakawan memunyai skill dan pengetahuan sosial yang mumpuni, untuk mengimbangi perkembangan sosial yang sekarang gencar-gencarnya dikampayekan yaitu era industry 4.0 diberbagai belahan dunia termasuk di negara kita Indonesia. Termasuk terkena paparan pengaruh perubahan teknologi tersebut adalah aktivitas pengolahan Pustaka di madrasah-madrasah. Untuk mengimbangi revolusi industri 4.0 tersebut maka pustakawan harus berbenah diri dan meningkatkan kompetensinya untuk menghadapi gejolak arus perubahan zaman sebagai imbas kemajuan tekhnologi tersebut.

Tak dapat dipungkiri, dengan loncatan kemajuan teknologi informasi telanh berimbas pada infastruktur pendidikan yang mengelola perpustakaan, yang sesegera mungkin dituntut untuk merevolusi diri untuk mengikuti perkembangan teknologi tersebut. Pesatnya perkembangan teknologi yang sekarang sudah mencapai industri 4.0 nyatanya telah banyak menyita perhatian dibeberapa belahan dunia itu, karena semakin cepatnya sehingga mampu menggoda para pegiat industri dengan harapan ikut melejit dan membuat loncatan perkembangan dibidang bisnisnya. Sebagai teknologi terbarukan di era revolusi industri 4.0 yang dimulai di negara Jerman itu, menjadikan pula industri yang mengadopsinya tersebut, ikut terkenal dan berkembang dengan sangat pesat. Dan beralih ke industri 4.0, tidaklah semudah membalikkan  telapak tangan, karena membutuhkan perangkat alat dan materi yang memadai. Juga dibutuhkan kesiapan sejumlah SDM, intelektual, dan kesiapan mental untuk menjadikan alasan utama revolusi industri 4.0 itu berjalan.

Panjang lebar membincangkan revolusi industri 4.0 itu, lalu apa kaitannya dengan perpustakaan kita di madrasah? Mampukah perpustakaan kita melejit untuk mengejar ketertinggalan ke revolusi industri 4.0 itu? Toh, selama ini baik di perpustakaan madrasah dan sekolah umum, universitas di seluruh provinsi di Indonesia yang belum beranjak dari Librery 2.0 bahkan mungkin masih ada yang belum terbangun dari mimpinya, apakah itu termasuk perpustakaan kita? Allahu ‘Alam....  

Permasalahan besar yang dihadapi ketika ingin membangun perpustakaan digital di MTsN Bantaeng, adalah kurangnya SDM pustakawan yang ahli teknologi digital, kurang memadainya fasilitas infastruktur, kurangnya dari jumlah intelektual yang dapat mengoprasikan, termasuk penganggaran yang kurang mendukung. Selain itu, ikut memberi sumbangsi kekurangannya adalah ketidaksiapan perpustakaan dalam merubah kebiasaan lama yang sudah melekat, pemustaka yang masih berfikiran konvensional dan ketidakinginan perpustakaan digital ada dan berkembang. Ada beberapa hal yang menjadi sebab utama sehingga kita tidak ingin mengikuti perkembangan revolusi industri 4.0 itu, mungkin karena masih merasa sanggup melakukan pelayanan terbaik di versi perpustakaannya saat ini. Mungkin juga, karena masyarakat dibeberapa wilayah di Indonesia bahkan tidak biasa bekerja dengan mesin robot yang seperti dilakukan di industri 4.0 tersebut.

Read more ...

Kelas Digital: Kesiapan Guru dan Infrastruktur MTsN Bantaeng

Keberadaan kelas digital merupakan kebutuhan, baik menjadi kebutuhan peserta didik maupun untuk guru pengajar. Karena kelas digital sebagai gambaran atau merupakan potret suatu kemajuan dalam sebuah lembaga pendidikan terkhusus di MTsN Bantaeng. Juga dengan keberadaan kelas digital di madrasah menunjukkan bahwa system dalam lembaga tersebut responsif terhadap dinamika kemajuan teknologi.

Sejatinya di setiap zaman terdapat perubahan, baik yang berhubungan dengan sosial dan kultural, maupun yang berhubungan dengan sistem pembelajaran di madrasah-madrasah. Hal tersebut disebabkan karena adanya faktor kebutuhan, yang dianggap perlu adanya reformasi sistem, di mata para pemangku kebijakan dalam bidang pendidikan. Wajar saja gonta ganti kurikulum misalnya, tetapi cita-cita penguasaan pengetahuan yang dibutuhkan di masa depan wajib diperhitungan secara matang dan cermat. Kebutuhan di masa depan sangat diperlukan penguasaan tekhnologi komunikasi, karena di masa depan sudah ditinggalkan proses yang lamban. Prosedur yang berbelit-belit. Dan kebijakan yang bersifat pendek yang hanya dibutuhkan sesaat. Saatnya melihat ke masa depan yang penuh rekayasa IT//teknologi komunikasi//peralatan media digital, karena itu sudah pasti terjadi sebagai fotret dan wujud perkembangan zaman. Dengan itu, menjadi keharusan bagi tenaga pendidik untuk meningkatkan skill penguasaan IT, untuk lebih mampu mengembangkan suatu sistem pembelajaran yang berbasis kelas digital.

Perubahan sistem pembelajaran berbasis digital tidaklah berarti dilakukan secara revolusioner di MTsN Bantaeng ini, tetapi dapat dilakukan secara tahap demi tahap, sesuai kemampuan dan kebutuhan kita. Untuk meningkatkan skill tenaga pendidik tentu modal utamanya haruslah  berangkat dari suatu keinginan dari diri seorang tenaga pendidik. Dengan keinginan itu, seorang guru//tenaga pendidik dapat mencari bahan peningkatan mutu melalui vidio-vidio tutorial di youtube, dan dapat pula mencari guru-guru yang mempunyai kemampuan menyusun slade dan bahan pembelajaran di madrasah-madrasah yang sudah maju dan sukses, khususnya di kelas digital melalui studi banding.

Dari segi kesiapan sarana dan prasarana penunjang di MTsN untuk membuka kelas digital masih tergolong rendah yang disebabkan peralatan TV Smart hanya dua buah. Karena itu, kita membuka pada tahap awal hanya 2 (dua) kelas saja. Selain itu, kita membutuhkan peran aktif dan dukungan orang tua peserta didik secara langsung. Tujuannya adalah untuk memfasilitasi anak-anaknya sewaktu-waktu jika memungkinkan pembelajaran dengan menggunakan fasilitas smartphone (HP), android. Kebutuhan android perlu dan dibutuhkan jika pembelajaran secara digital dilaksanakan secara sempurna, karena buku-buku elektronik hanya dapat diakses dengan menggunakan HP atau Komputer.

Selain itu digunakan untuk komunikasi dua arah antara guru dan peserta didik ketika diberikan tugas secara elektronik, baik guru dan peserta didik harusnya membuat soal dan menjawab soal dalam bentuk dokumen elektronik. Komunikasi elektronik melalui pesan WA, Email, google class room, zoom dan aplikasi media komunikasi lainnya yang bisa digunakan dengan sederhana.

Dengan mempertimbangkan peralatan yang akan digunakan, tentu perlu adanya seleksi peserta didik untuk kelas digital. Seleksi tersebut tujuannya untuk memetakan kemampuan peserta didik, dari segi kemampuan mengikuti materi-materi ilmu pengetahuan yang disajikan dengan media digital, skill kemampuan IT nya, dan juga perlu dipertimbangkan dukungan orang tua peserta didik dari segi fasilitas (smartphone–HP) yang sewaktu-waktu perlu digunakan baik dalam pembelajaran maupun dalam evaluasi pembelajaran nantinya.

Dengan menghadir kelas digital di MTsN Bantaeng diharapkan dapat meningkatkan daya sain madrasah, meningkatkan daya serap dalam proses belajar mengajar serta mutu peserta didik dari segi sosial dan spritualnya, dari segi ilmu pengetahuan,  dan keterampilan ataupun skill seorang peserta didik yang masih aktif, maupun terhadap alumni-alumninya.


Read more ...
Designed By Published.. Blogger Templates